Hasan Basri adalah pria yang masih loyal dengan metode hapal Al Qur’an pesantrennya. Mantan santri di Gunung Sari, Lombok Barat itu kemudian menurunkannya kepada kedua orang putrinya.

Usaha Pak Hasan pun tak sia-sia. Dari kedua putrinya tersebut, Khoriatul Husna (7) merupakan yang paling berhasil. Pada tahun 2017, Ia menyabet gelar juara 1 hapalan Qur’an se kecamatan Kayangan. Sebuah gelar prestisius; yang mengangkat nama Hasan Basri di tengah-tengah warga dusun Jelantik, desa Dangiang, kecamatan Kayangan, Lombok Utara nan religius.

Berbondong-bondong warga dusun Jelantik menitipkan anak-anak mereka untuk diajar oleh Hasan Basri. Berharap bahwa ada dari generasi penerus mereka berhasil menyabet gelar yang sama di bidang menghapal Al Qur’an.

Dalam sekejap, berugak milik Pak Hasan dipenuhi 40 peserta penghafal Qur’an. Dirasa tak cukup, pria itu membangun musholla yang diberi nama Miftahul Jannah.

Miftahul Jannah pun hingga kini rata dengan tanah. Gempa bermagnitudo 7 menyebabkan seluruh properti milik Hasan Basri tak lagi bersisa.

Tak hanya properti, lahan usaha Hasan Basri ikut hilang. Pria itu biasa menjual hasil kebun dan bangunan ke seluruh kabupaten Lombok Utara. Pendapatnya dahulu cukup untuk menghidupkan diri, keluarga, dan peserta TPQ Miftahul Jannah. Namun kini, ekonomi pasca gempa dinilai tak lagi menghasilkan profit.

Meski IZI telah membantu keluarga Pak Hasan dengan hunian sementara, ia masih bingung cara memutar modalnya yang makin menyusut. Pak Hasan pun berencana menjadi tenaga kerja migran ke luar negeri jika hingga akhir tahun tak ada perkembangan.

Miftahul Jannah masih terbengkalai karena krisis ekonomi yang melanda dusun Jelantik, pasca gempa. Tidak ada lagi aktivitas menghapal Kalam Ilahi, hingga waktu yang tidak ditentukan. Fondasi musholla kini dipakai sebagai tempat pengungsian adiknya.

Hasan Basri berharap ada perkembangan dari segi ekonomi di desanya. Sehingga ia tak perlu pergi ke luar negeri dan fokus mencetak menghapal Qur’an terbaik se kabupaten Lombok Utara.

Penulis: Dzul Ikhsan

Editor: Ricky IZI Pusat