Mbok Supini merupakan warga Jl. Ongka Malino, Kelurahan Lolu Selatan. Kota Palu. Kesehariannya, beliau adalah tukang Urut. Kadang melayani di kos-kosannya ataupun terkadang beliau pun di panggil ke rumah pelanggan yang membutuhkan jasanya.

Pekerjaan Mpok Supini itu telah dilakoninya kurang lebih 20 tahunan lamanya. Ia akui sepanjang menjalani profesinya tak sekalipun tarif dipasangnya.

“Saya ngurut ini sudah sekitar 23 tahun pak ya,” sambil memandang dan memastikan ke suaminya. “Kita juga kan niatnya ikhlas membantu orang lain, kadang di kasih Rp 50.000 ya alhamdulillah, kadang juga Rp 30.000. Alhamdulillah tetap disyukuri,” ujar Mbok Supini.

Sedangkan sang suami kini juga hanya sebagai tukang ojek dengan penghasilan tidak menentu, “namanya juga tukang ojek pak, yah. penghasilan kadang ada kadang tidak, karena sekarang bersaing dengan ojek online. Kita yang manual saja. Biasanya dapat Rp. 50.000 juga tetap disyukuri,” giliran suami dari Mbok Supini

Sebelum beralih profesi seperti sekarang, Mbok Supini dan suami berjualan siomay. Pascabencana gempa dan tsunami yang terjadi di Kota Palu pada tahun 2018 lalu menjadikannya berhenti dari mencari nafkah dari berdagang siomay.

Justru di tahun 2020 ini cobaan kembali menerpa profesi mereka selaku tukang ojek dan jasa pijat-urut. Tidak ada lagi yang melirik jasanya karena pelanggan khawatir akan penyebaran virus corona yang mewabah.

“Beberapa bulan terakhir ini, memang cukup berat. Karena kurangnya pelanggan yang mau diurut maupun diantar dengan ojek. Warga takut keluar rumah,” terang Mbok Supini yang diamini suaminya.

Hidup memang makin sulit bagi kedua pasangan suami-istri itu, tetapi mereka tetap kompak saling mendukung meski mereka tertatih-tatih melunasi biaya kosan tempatnya tinggal, “kuncinya tetap berusaha dan saling mendukung satu sama lain saja.”

Ada impian Mbok Supini untuk kembali menekuni usaha jualan siomay. Dengan rinci ia menggambarkan bentuk gerobak dan lokasi di mana mereka akan letakkan agar banyak orang datang membeli. (Risman/IZI Sulteng)